Monday, November 26, 2007

anti kanker 2

dpersi, Jakarta - Tak dapat dipungkiri, Indonesia
kerap tertinggal dari negara luar. Aneh bin ajaibnya,
kita hanya bisa gigit jari manakala bangsa asing
berhasil menciptakan obat-obatan dari tanaman atau
bahan alam lainnya. Simak saja, buah pace atau
mengkudu (Morinda Citrifolia L) sudah dipatenkan oleh
Jepang sebagai obat anti kanker. Lucunya, di Jepang,
pace tidak bisa tumbuh, dan hanya bisa tumbuh di
negara tropis semacam Indonesia. Indonesia terlambat?
Ya!

Upaya mengangkat tanaman sebagai obat kembali
menggeliat dalam Temu Ilmiah ke II "Pemanfaatan
Pengobatan Tradisional pada Perawatan Paliatif Pasien
Kanker", yang diselenggarakan dalam rangka ulang
tahun ke tujuh Rumah Sakit Kanker Dharmais, di
Jakarta, Senin (23/10).

Presentasi memikat dibawakan oleh seorang pembicara DR
Drs Suprapto Ma'at MS apoteker, dari Laboratorium
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga - RSUD Dr Soetomo Surabaya. Menurut
Suprapto, obat yang berasal dari tumbuhan obat dapat
digunakan sebagai terapi utama, dan banyak pula yang
berkhasiat sebagai sitostatika atau sebagai terapi
imun.

"Banyak tanaman obat yang dapat merangsang aktivitas
dan fungsi komponen sistem imun. Juga sebagai terapi
paliatif untuk mengurangi komplikasi, meningkatkan
kualitas hidup, mengurangi dan meringankan keluhan",
ulas Suprapto. Sayangnya, ungkap Suprapto, Indonesia
yang menjadi negara terkaya di dunia setelah Brazil
dalam hal tanaman obat, masih sedikit mendapat
perhatian para dokter. Hal ini karena dokter Indonesia
yang mendapat pendidikan dokter Barat sulit untuk
mempercayai, meyakini, dan menggunakan Obat Asli
Indonesia (OAI).

Bak gayung bersambut, seorang peserta yang juga
seorang dokter mempertanyakan bagaimana cara menulis
resep obat tradisional, sebab ia tidak mungkin menulis
nama resep Sambiloto (nama tumbuhan - red) ke apotek,
dengan dosis berapa, atau dengan nama latinnya apa.
Suprapto kemudian menjawab, bahwa obat-obatan ini
sudah dibuat dalam bentuk kapsul, atau sirop. Di
Surabaya tersedia di Yayasan Kanker Wisnuwardhana,
sementara di Jakarta sudah tersedia lengkap di Gedung
Dharma Wanita Pusat, dan akan dikembangkan di RS
Kanker Dharmais. Artinya, obat-obatan tersebut sudah
bisa diresepkan.

"Harganya pun sangat murah, hanya Rp 600 per
kapsul," tukas Suprapto setengah berpromosi. Lebih
jauh Suprapto menuturkan pengembangan OAI untuk
pengobatan kanker. Ia meyakini bahwa di Indonesia
banyak tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai anti
kanker. Karena itu, ia bersama rekan-rekannya di Ikot
Tradimun Gresik mencoba menggali potensi tumbuhan asli
Indonesia untuk dikembangkan sebagai obat anti kanker.


Suprapto mengatakan, banyak kendala yang dihadapi
dalam merealisasikan OAI untuk pengobatan kanker ini.
Misalnya, sarana dan prasarana penelitian, penyediaan
bahan baku standar, sampai pada monitoring
keberhasilannya. Walau demikian, lanjut Suprapto,
persyaratan minimal sebagai obat tradisional yang
dapat diedarkan, telah terpenuhi misalnya uji
toksisitas, uji farmakologis, dan pengamatan efek
samping obat. "Untuk uji toksisitas kita bekerja
sama dengan mahasiswa S1 di Universitas Airlangga,"
tutur Suprapto.

Ternyata, papar Suprapto, negara maju seperti Jerman,
Belanda, dan Amerika Serikat telah banyak menggunakan
obat kanker dari bahan alam. Sebagai contoh pemakaian
Laetril atau Aprikot Kernel, dan pemakaian Mistletoe,
semacam tumbuhan parasit yang tumbuh pada pohon apel.
Berdasarkan informasi Integrale Cankercentra di Leiden
Belanda, penderita kanker yang berobat menggunakan
obat tradisional mendapatkan penggantian pengobatan
dan asuransi sebesar 50 persen.

"Hal yang sama juga dilakukan negeri Cina, " tukas
Suprapto. Bahkan, obat dari bahan alam diteliti secara
mendalam dan diaplikasikan di berbagai rumah sakit
besar termasuk rumah sakit khusus kanker Ghuang Zhou
Tumor Hospital. Di Indonesia sendiri, lanjut Suprapto,
telah dikenal Vincristin, Vinblastin, dan Taxol.

Didukung Data Eksperimental

Menurut Suprapto, ada banyak jenis tumbuhan yang
dikembangkan untuk pengobatan kanker. "Misalnya
Famili Cruciferae, yang termasuk dalam famili ini
adalah kubis, sawi, lobak, brocolli, Brussel sprouts,
Cauliflower, dan sebagainya, khususnya dari genus
Bressica," papar Suprapto. Pemakaian genus Bressica
dalam pengobatan kanker lebih banyak ditujukan untuk
pencegahan. Hal ini sudah didukung oleh data
eksperimental laboratorioum, maupun data epidemologi.

Selanjutnya Suprapto menjelaskan jenis tanaman
lainnya, yaitu:
Solanum Nigrum atau terong ranti. Yang digunakan
adalah buah yang belum masak. Dikenal sebagai black
nightshade, dengan khasiat hepatoprotektif, anti
tumor, dan anti depresan.
Catharanthus roseus/vinca rosea atau tapak dara. Yang
digunakan daunnya. Pada daun dan akarnya terdapat
lebih dari 60 macam alkaloida.
Aloe vera L atau lidah buaya. Yang digunakan gel
musilago yang diperoleh dari bagian parenkhimal daun
lidah buaya . Ditekankan sebagai imunoterapi.
Allium sativum L atau bawang putih. Yang digunakan
umbi lapis. Khasiatnya anti tumor, anti inflamasi, dan
imunomodulator
Curcuma Longa atau kunyit/kunir. Yang digunakan
rimpang. Khasiatnya anti tumor, dan anti inflamasi.
Nigella sativa atau jinten hitam. Yang digunakan biji.
Khasiatnya anti tumor, anti inflamasi, dan
imunomodulator.
Morinda citrifolia atau pace/mengkudu. Yang digunakan
buah yang masak. Pemakaian buah pace dalam pengobatan
kanker lebih ditekankan pada khemopreventif, seperti
halnya cruciferae, disamping anti inflamasi dan anti
tumor.
Phyllanthus niruri L atau meniran. Yang digunakan
seluruh bagian tanaman. Bermanfaat sebagai imunoterapi
atau terapi adjuvant mendampingi obat-obat kanker yang
lain.
Kaempferia rotunda atau kunir putih. Yang digunakan
rimpang. Sebagai imunomodulator.
Manihot Esculenta Crantz atau ketela gendruwo. Yang
digunakan umbi akar. Mengandung asam sianida yang
mampu mematikan kanker.
Tinospora cordifolia atau brotowali. Yang digunakan
daun dan batang. Khasiat anti tumor.
Ocimun sanctum atau lampes. Yang digunakan daun.
Khasiat anti tumor.
Melia azedarachta atau imbo/mindi kecil. Yang
digunakan daun, kulit batang dan kulit akar. Khasiat
anti tumor dan imunomodulator.
Centella asiatica (L)Urban atau daun kaki
kuda/pegagan. Yang digunakan daun. Khasiat antitumor.
Euphorbia pulcherrima atau racunan. Yang digunakan
daun. Khasiat antitumor.
Physalis angulata L atau ciplukan. Yang digunakan
seluruh bagian tanaman. Khasiat antitumor.
Alstonia spesies atau pule. Yang digunakan kulit
batang dan daun. Khasiat antitumor.
Tumbuhan parasit.
Andrographis paniculata Ness atau sambiloto. Yang
digunakan seluruh bagian tanaman. Khasiat
imunomodulator, hepatoprotektor, anti tumor.
Gynura procumbens (Lour) Merr atau daun dewa. Yang
digunakan batang, daun dan umbi. Khasiatnya sebagai
anti tumor.
Curcuma zedoaria atau temu putih. Yang digunakan
rimpang. Khasiat antitumor, hepatoprotektor.
Typhonium divaricatum atau keladi tikus. Yang
digunakan seluruh bagian tanaman. Dapat digunakan
dalam pengobatan kanker hati, mesothelioma, kanker
payudara, kanker testis, kanker kolon dan jenis kanker lainnya.


________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

No comments: